#DAY2 - HAPPINESS


 

Interesting topic.

Banyak hal yang menyenangkan hatiku. Mulai dari makan makanan enak, nonton drama seharian penuh, menonton siaran langsung idola favorit, liburan, sampai tidak melakukan apapun. Aku cukup beruntung karena bisa menikmati semua ini, di saat banyak anak-anak di luar sana yang bahkan untuk makan sesuap nasi saja susah. 

Tapi, mari gali topik ini lebih dalam lagi. Apa sih yang benar-benar membuatku bahagia?

Belakangan ini, sebuah pertanyaan yang tak bisa kujawab menghantui kepalaku. "Kenapa hidupku terasa begitu mudah, begitu bebas, begitu terlena? Sampai kapan aku akan begini?" 

Jika aku berterus terang, ya, aku hidup enak. Kemarin aku berlibur dengan keluargaku ke Bogor. Kami makan enak, bahkan menginap di kamar hotel, yang menurutku adalah level kemewahan yang terbilang tinggi. Oh ya, tentang itu, aku sedang di masa menganggur, alias sedang menunggu pengumuman penerimaan perguruan tinggi, yang memakan waktu sekitar satu setengah bulan. Waktu yang cukup lama untuk digantungkan, bukan? 

Aku seharusnya belajar untuk ujian tes mandiri, tapi jiwa malasku terlalu kuat untuk dikalahkan. Lagipula, aku tahu kemampuanku. Otakku yang lemah ini tak akan kuat dipaksa menghafal rumus-rumus fisika yang pada akhirnya akan kulupakan esok hari. Sudahlah, aku akan belajar jika aku mau.

Back to the topic. Aku merasa terlalu dimanjakan. Aku dibahagiakan tiap hari, tiap detik, sehingga aku takut akan dunia luar. Sudah jelas, kehidupan perkuliahan akan membuka lembar baru dalam hidupmu, memasuki permulaan kehidupanmu sebagai orang dewasa. Aku takut, tapi excited di saat yang bersamaan. Dunia luar sungguh tak tertebak. Setidaknya, bagiku.

Bagaimana jika aku tidak betah di kos-kosan nanti? 

Siapa yang akan mengurusku kalau aku sakit?

Katanya kan tugas kuliah gak manusiawi, apakah aku sanggup melewati semua itu?

Pada akhirnya, pertanyaan itu tak akan bisa kujawab sekarang.

Jurusan yang kupilih adalah salah satu jurusan yang paling banyak makan waktu, aku bakal banyak begadang demi tugas, sendiri. Semua itu terdengar... sulit. Aku merasa bersalah dengan terus-terusan bersantai bersama seluruh anggota keluargaku seperti ini. Aku takut kebahagiaanku ini akan dirampas terlalu tiba-tiba. Aku takut aku belum siap menghadapi dunia luar dan keluar dari zona nyamanku. Banyak hal yang membuatku merasakan takut, dan akan lebih banyak lagi jika aku overthink. Dan aku tidak bisa melakukan apapun terhadap hal itu. I mean, UTBK sudah selesai. Beberapa PTN memakai nilai UTBK sebagai jalur mandiri. Aku bisa apa selain menyerahkan semuanya kepada Tuhan?

Again, kebahagiaan. 

Setelah memikirkannya, menurutku kebahagiaan itu adalah suatu bentuk kemewahan. Dengan berhasil mencapai target kita, dengan berhasil menaklukan tantangan yang akan membentuk jati diri, dan dengan menjadi diri sendiri, that's happiness. Itu adalah rasa kepuasan tiada tanding, dan aku ingin sekali merasakannya lagi. Maksudku, tentu saja saat ini aku sudah bahagia. Aku sedang mengetik ini di bawah atap rumahku satu-satunya, ditemani sinyal wifi yang kuat dan perutku kenyang sehabis makan masakan ibuku. Diriku tiga tahun ke depan pasti akan menganggap ini sebagai kemewahan tiada tara. 

Maksudku sesungguhnya adalah tanggal 14 Juni nanti. Aku ingin merasakan kepuasan itu nanti. Ya, tak lain dan tak bukan, pengumuman SBMPTN. Mengerikan, bukan? Memikirkan bahwa hari itu adalah hari penentuan hidupmu untuk 4 tahun ke depan untuk sebuah ujian yang hanya dilaksanakan selama 3 jam, yang aku persiapkan selama 1 tahun penuh. Hidup memang seperti roller-coaster. Perasaanmu diaduk-aduk tak karuan seperti itu. 

Aduh, jadi curhat kan. 

Yah, untuk menutup topik ini, kesimpulan dariku adalah, happiness = luxury
Setiap saat bisa saja menjadi momen yang membahagiakan, entah untukmu sendiri atau untuk orang lain di sekitar kalian. So, yeah, be happy, always <3 








Comments

Popular Posts