#DAY1 - YOUR PERSONALITY

Sedikit penjelasan kenapa aku tiba-tiba memutuskan untuk membuat blog ini dan memulai 30 Day Writing Challenge. Sebelumnya, shoutout untuk temanku @jcessrme karena telah menginspirasiku untuk kembali menyelami dunia tulis-menulis, lagi. Harus kuakui temanku yang satu ini pandai menulis, pandai bercerita. Mengingat bahwa dulu, sewaktu masih duduk di sekolah dasar, aku selalu mencuri kesempatan untuk mengarang kisah konyol dan hal-hal absurd yang bisa dipikirkan bocah 10 tahun, aku memutuskan untuk memulai lagi. Kupikir, Writing Challenge ini  adalah keputusan yang tepat untuk mengisi waktu luang, sekaligus untuk mengenal diri sendiri lebih dalam.

Challenge ini akan dimulai dengan topik yang paling sederhana, sekaligus rumit. Deskripsikan tentang kepribadianmu.

Sejujurnya, aku sendiri juga tidak begitu tahu diriku sendiri. Mungkin beberapa dari kalian juga akan mengatakan hal yang sama. Tapi, aku akan mencoba menceritakannya sedikit.

Let's kick this off with my MBTI. Aku baru saja menyelesaikan tesnya, dan aku mendapatkan hasil INTJ-T. Pada lembar hasilnya, dikatakan bahwa sifat introvertku mendominasi. Well, nggak salah. Sudah lama aku mengetahui hal itu. Bergaul dengan orang baru, berbicara di depan umum, bertanggung jawab atas banyak orang, semua itu bukan keahlianku. Fun fact, aku tidak pernah bertanggung jawab menjadi pengurus kelas sejak SD. Apalagi OSIS. Prinsipku sederhana. Jika orang lain bisa melakukannya, kenapa harus aku? Aku malas mengurus keperluan kelas, apalagi saat menduduki bangku sekolah menengah. Rasanya semesta bersekongkol tidak menghiraukan kehadiranku.

Aku selalu merasa terasingkan dan merasa bahwa itu bukan tempatku. Masa-masa kelamku adalah saat aku duduk di kelas 8. Tenang, bukan berarti bahwa aku dijauhi atau semacamnya, semuanya murni hanya perasaanku saja. Aku, secara tidak sengaja tergabung dalam kelompok pertemanan yang melibatkan lebih dari lima orang, dan aku benar-benar merasa tidak nyaman berada di antara mereka. Teman-temanku ini, mereka nampaknya akan baik-baik saja tanpa aku. Saat mereka berbincang dan bercanda, aku hanya diam dan sesekali tertawa menimpali. Jarangkali aku buka suara di sana. Sekadar info, kelas 8-ku dulu dipenuhi oleh anak-anak berotak encer. Kata orang sih, kelas unggulan. Cih, kalau begitu kenapa ada aku di dalam sana? Salah masuk sepertinya. Jadi, normal bukan jika aku selalu merasa terbelakang? Normal kan kalau aku merasa tidak dibutuhkan di sana?

Teman-teman akrabku terhitung sedikit. Makanya aku jarang keluar untuk nongkrong, yang ada aku yang keluar sendiri, menikmati waktu untuk diriku sendiri. Mentok-mentok paling jalan berdua atau bertiga. Itupun terbilang sangat jarang. 

Jujur, setiap melihat sosial media dan melihat teman dekatku berfoto dan hangout bersama teman-teman lainnya, I can't help but feeling jealous. Instagramnya dipenuhi oleh dirinya dikelilingi orang-orang yang silih berganti. Dia memang cantik dan populer, kuakui. Aku harus menerima kenyataan bahwa aku bukanlah temannya satu-satunya. Sahabatnya bukan hanya aku. Aduh, kenapa jadi overprotective begini ya? Dia kan bebas berteman dengan siapapun. Belum lagi saat melihat dia liburan bersama sang kekasih sementara aku terkurung di rumah. Aku ingin, namun dengan sifat seperti ini, siapa sih yang mau sama aku? (yha mengsedih)

Moving on!

Selain introvert, aku juga mau ceritakan sedikit tentang sifat satu ini yang sudah banyak diakui teman-temanku. Sabar, lemah lembut, bak Putri Jawa......

Aku tidak terima dong, atas dasar apa mereka memujiku seperti itu?!

Namun setelah dipikir-pikir, mungkin dari sudut pandang mereka, aku terlihat seperti itu. Mereka melihatku seperti itu. Dengan fakta bahwa aku diam saja saat diisengi, atau sering mengalah pada perdebatan, atau bahkan cara berjalanku yang lambat? Baik, terserah. Terima kasih, aku terima pujiannya. 

Biar kuperjelas. Aku seperti itu, mungkin, karena aku belum nyaman dengan kalian. Aku cenderung diam ketika berada di lingkungan yang tidak kusuka. Dengan diam seperti itu, kalian menafsirkan bahwa aku adalah orang paling kalem sedunia. Jaim, kalau kata orang-orang. Haha, aku tidak sepenuhnya seperti itu. Aku pasti juga akan melepas "topeng"ku jika bertemu dengan orang yang tepat. Aku akan tertawa lepas, membalas candaannya, dan membuka diriku seutuhnya. Hanya saja, "orang yang tepat" itu tidak banyak jumlahnya. Intinya, I tend to shut myself out from people. Mau bagaimana lagi, kan.

end.


 

 


Comments

Popular Posts